PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP SIKAP
KONSUMEN PADA GREEN PRODUCT COSMETICS
(Studi Kasus pada Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan)
Marhayanie* dan Eka Laniasti Sihite**
* Departemen Staf Pengajar FE USU
** Alumni FE USU
Abstract
The purpose of the research is to examine the influence of the product attributes which is consist of the
product brand, product quality, product design, product label and product packing to consumer’s attitude toward
Green Product Cosmetics, that is for product of Martha Tilaar’s cosmetic.
The result of research indicate that the product attributes which is consist of the brand variable, quality,
design, label and packing are together have significant effect toward consumer’s attitude. The result also
indicates that quality variable and packing variable have positive and significant effect on consumer’s attitude
for Green Product Cosmetics, that is for product of Martha Tilaar’s cosmetic, while brand variable and label
have positive but not significant effect, and design variable has negative but not significant effect towards
consumer attitude.
Keywords: the product attributes, the consumer’s attitude
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan produk kosmetik memberi
peluang bisnis bagi para produsen kosmetik. Peluang
bisnis tersebut menciptakan keanekaragaman produk
kosmetik atau produk perawatan kulit yang kini
beredar di pasar, yaitu dari produk lokal sampai
produk impor, dan produk yang masuk secara legal
maupun illegal, sehingga konsumen dapat memilih
produk kosmetik yang terbaik bagi dirinya, dan
produk kosmetik tersebut dapat diperoleh dengan
mudah di pusat-pusat perbelanjaan dan khususnya di
klinik kecantikan.
Saat ini banyak produk kosmetik yang beredar
menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang
dapat mengganggu kesehatan para pengguna
kosmetik. Menurut Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM), bahan-bahan kimia yang
berbahaya tersebut antara lain Merkuri, Hidroquinon
lebih dari 2%, Asam retrinoat, Diethylene Glicol, zat
warna Rhodamin B dan Merah K3 serta
Chlorofluorocarbon.
Penggunaan bahan-bahan kosmetik yang
dilarang oleh BPOM tersebut dapat juga menimbulkan
masalah lingkungan. Masalah lingkungan tersebut
adalah masalah Pemanasan Global atau Global
Warming. Adanya isu lingkungan tersebut membentuk
sikap dan perilaku konsumen untuk memilih produk
yang alami, aman, dan ramah lingkungan. Oleh karena
itu perusahaan kosmetik perlu memperluas pasarnya
dengan menciptakan produk hijau kosmetik (Green
Product Cosmetics) (Johri dan Sahasakmontri, 1998:
265).
Martha Tilaar merupakan salah satu
perusahaan kosmetik yang menghasilkan produk
kosmetik bernuansa ketimuran dan mengandung
bahan alami. Produk kosmetik perusahaan Martha
Tilaar sudah dikenal sebagai salah satu produk hijau
kosmetik (Green Product Cosmetics) di dunia. Hal ini
terbukti dari hasil uji laboratorium di Paris yang
menyatakan bahwa bahan-bahan yang digunakan pada
produk Martha Tilaar bebas dari bahan-bahan kimia
berbahaya.
Konsumen dalam memilih produk terutama
produk kosmetik Martha Tilaar, mereka dapat melihat
atribut dari produk tersebut. Atribut produk yang
digunakan antara lain merek, kualitas, desain, label,
dan kemasan. Konsumen cenderung tertarik pada
produk yang memiliki merek yang terpercaya, kualitas
yang bagus, desain yang menarik, label yang dapat
menerangkan komposisi secara lengkap dari produk,
dan kemasan yang unik. Atribut produk tersebut dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen sebelum
membeli.
2. METODE PENELITIAN
2.1 Defenisi Operasional Variabel
Defenisi variabel-variabel yang diteliti adalah
sebagai berikut:
a. Variabel Bebas
Variabel Bebas yaitu atribut produk (X). Atribut
produk ini memiliki beberapa sub variabel, yaitu:
Merek Produk (X1), yaitu nama, istilah, tanda,
simbol atau desain, atau kombinasi di antaranya
agar mudah dikenali oleh konsumen.
Kualitas Produk (X2), yaitu kualitas kinerjakemampuan
produk untuk melaksanakan fungsi
yang diharapkan konsumen.
Desain Produk (X3), yaitu desain atau bentuk,
ukuran berat, warna, dan gaya yang menarik
perhatian konsumen sehingga produk selalu
diingat.
Label Produk (X4), yaitu mengidentifikasi produk
atau merek melalui keterangan-keterangan yang
tertera di produk tersebut.
Kemasan Produk (X5), yaitu pembungkus fisik
untuk melindungi produk dan sekaligus
menciptakan identitas unik kepada konsumen.
b. Variabel Terikat
Variabel Terikat yaitu Sikap Konsumen (Y).
Sikap konsumen yaitu menjelaskan motivasi,
perasaan emosional, proses kognitif terhadap
suatu objek oleh konsumen.
2.2 Skala Pengukuran Variabel
Pengukuran atribut produk terhadap sikap
konsumen pada Green Product Cosmetics, melalui
skala likert digunakan dengan lima tingkatan yang
diberi skor sebagai berikut (Sekaran, 2006: 31):
a. Sangat setuju diberi skor lima
b. Setuju diberi skor empat
c. Ragu-ragu diberi skor tiga
d. Tidak setuju diberi skor dua
e. Sangat tidak setuju diberi skor satu
2.3 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Berdasarkan pra-survei yang dilakukan
peneliti, diketahui bahwa jumlah para pengunjung
Puri Ayu Martha Tilaar sejak bulan Januari sampai
bulan Maret 2008 sebanyak 2812 orang, dengan ratarata
populasi dalam sebulan adalah 937,33 dan
dibulatkan menjadi 937 orang.
b. Sampel
Penetapan jumlah sampel dilakukan dengan
menggunakan rumus Slovin. Berdasarkan perhitungan
diperoleh sampel sebanyak 90,35 responden dan
dibulatkan menjadi 90 responden.
Pemilihan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode purposive random sampling,
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
karakter dan ciri-ciri yang ditentukan terlebih dahulu
untuk membatasi sampel (Sugiyono, 2004: 78).
Adapun karakter yang ditentukan adalah pengunjung
yang pernah dan sedang melakukan pembelian,
minimal telah 2 kali melakukan pembelian kosmetik
mulai dari januari 2008 sampai penelitian dilakukan,
dan telah berusia 17 tahun, sebagai pelanggan dewasa
yang dapat mengambil keputusan pembelian atau
paling tidak mempengaruhi keputusan pembelia
2.4 Metode Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif merupakan metode
yang digunakan dengan mengadakan pengumpulan
data dan penganalisaaan data yang diperoleh sehingga
dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai
fakta-fakta dan sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diteliti.
b. Analisis Statistik
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis Regresi Linier Berganda digunakan
untuk mengetahui pengaruh dari variabel
bebas (Merek produk, kualitas produk, desain
produk, label produk, dan kemasan produk)
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 1, Januari 2008: 10 - 17
12
terhadap variabel terikat (Sikap konsumen).
Dengan persamaan yang digunakan adalah:
Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+e
Keterangan:
Y = Sikap Konsumen
a = Konstanta
b1,b2,b3,b4,b5 = Koefisien Regresi Berganda
X1 = Variabel Merek Produk
X2 = Variabel Kualitas Produk
X3 = Variabel Desain Produk
X4 = Variabel Label Produk
X5 = Variabel Kemasan Produk
e = Standard Error
Sebelum data tersebut dianalisis, model
regresi berganda di atas harus memenuhi syarat
asumsi klasik, yaitu Uji Normalitas, Uji
Multikolonieritas, Uji Autokorelasi, Uji
Heteroskedastisitas. Model regresi yang sudah
memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan
digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian
hipotesis sebagai berikut:
1. Pengujian Koefisien Determinan (R2) atau
Goodness of Fit Test
Digunakan untuk melihat besar pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Dari persamaan
dengan model persamaan tersebut akan dapat R2
atau Coefficient of Determination yang
menunjukkan persentase dari variasi variabel
keputusan pembelian yang mampu dijelaskan
oleh model.
Jika determinan (R2) semakin besar atau
mendekati sama, maka variabel bebas (X1, X2, X3,
X4, X5) terhadap variabel terikat (Y) semakin
kuat.
Jika determinan (R2) semakin kecil atau
mendekati satu, maka variabel terikat (Y) semakin
kecil.
2. Uji Serempak (Uji F)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah terdapat secara bersama-sama variabel
bebas terhadap variabel terikat. Uji F dilakukan
secara serentak untuk membuktikan hipotesis
awal tentang pengaruh atribut produk melalui
variabel merek produk (X1), kualitas produk (X2),
desain produk (X3), label produk (X4), kemasan
produk (X5) sebagai variabel bebas, terhadap
sikap konsumen (Y) sebagai variabel terikat.
Pengambilan keputusannya dengan
membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel.
Bila Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel maka dapat
disimpulkan bahwa variabel bebas dalam model
mempengaruhi variabel terikat.
Model hipotesis yang digunakan adalah:
H0: b1 = b2 = b3 = b4 = b5=0 artinya variabel bebas
(X1, X2, X3, X4, X5) secara bersama-sama tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel terikat (Y).
H0: b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 artinya variabel bebas
(X1, X2, X3, X4, X5) secara bersama-sama
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel terikat (Y).
Nilai Fhitung akan dibandingkan dengan nilai Ftabel.
Kriteria pengambilan keputusan, yaitu:
H0 diterima bila Fhitung < Ftabel pada α = 5%
H0 ditolak bila Fhitung > Ftabel pada α = 5%
3. Uji secara Parsial (Uji-t).
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat secara
parsial. Variabel bebas dikatakan berpengaruh
terhadap variabel terikat bisa dilihat dari
probabilitas variabel bebas dibandingkan dengan
tingkat kesalahannya (α). Jika probabilitas
variabel bebas lebih besar dari tingkat
kesalahannya (α) maka variabel bebas tidak
berpengaruh, tetapi jika probabilitas variabel
bebas lebih kecil dari tingkat kesalahannya (α)
maka variabel bebas tersebut berpengaruh
terhadap variabel terikat.
Model pengujiannya adalah:
H0 = bi = 0, artinya variabel bebas secara parsial
tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel terikat.
Ha: bi ≠ 0, artinya variabel bebas secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel terikat.
Nilai Thitung akan dibandingkan dengan nilai Ttabel.
Kriteria pengambilan keputusan, yaitu:
H0 diterima bila Thitung < Ttabel pada α = 5%
H0 ditolak bila Thitung > Ttabel pada α = 5%
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian
hipotesis yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat Pengaruh
Atribut Produk terhadap Sikap Konsumen pada Green
Product Cosmetics (Studi Kasus pada Puri Ayu
Martha Tilaar Sun Plaza Medan), dengan penjelasan
sebagai berikut:
1. Uji Signifikan Simultan (Uji F) membuktikan
bahwa atribut produk yang terdiri dari variabel
merek, kualitas, desain, label dan kemasan secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
sikap konsumen.
2. Uji Signifikan Parsial (Uji-t) membuktikan bahwa
variabel kualitas (X2) dan variabel kemasan (X5)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap
konsumen pada Green Product Cosmetics, yaitu
pada produk kosmetik Martha Tilaar, sedangkan
merek (X1), desain (X3) dan label (X4)
berpengaruh positif dan negatif namun tidak
signifikan terhadap sikap konsumen.
5. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
diperoleh dan keterbatasan yang ada dalam penelitian
ini, maka mengharuskan peneliti untuk memberikan
sarannya, dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
yang berpengaruh paling dominan adalah
kemasan produk, maka bagi pihak perusahaan
Martha Tilaar diharapkan dapat mempertahankan
dan meningkatkan nilai kemasan produk
kosmetiknya, agar sikap konsumen tidak beralih
kepada produk yang lain. Sedangkan kualitas
berpengaruh secara signifikan setelah kemasan,
hal ini membuktikan bahwa kualitas produk
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 1, Januari 2008: 10 - 17
16
kosmetik Martha Tilaar harus ditingkatkan agar
konsumen semakin yakin terhadap kualitas
produk kosmetik tersebut sebagai Green Product
Cosmetics.
2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
merek dan label berpengaruh secara positif,
sedangkan variabel desain berpengaruh negatif.
Perusahaan Martha Tilaar dalam hal ini, harus
dapat meningkatkan citra merek kosmetiknya,
agar merek semakin dikenal oleh konsumen, dan
label produk yang jelas sebaiknya dapat terus
ditingkatkan oleh pihak perusahaan agar
konsumen semakin percaya kepada produk
kosmetik Martha Tilaar. Variabel desain dalam
penelitian ini berpengaruh negatif, olehsebab itu
kepada perusahaan Martha Tilaar harus dapat
meningkatkan desain produk kosmetiknya agar
konsumen semakin tertarik dan menyukai produk
kosmetik tersebut.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti
mengenai sikap konsumen pada Green Product
Cosmetics, disarankan dapat menambah variabelvariabel
yang berbeda dengan variabel yang
sebelumnya untuk memperkaya pengetahuan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
konsumen pada Green Product Cosmetics dan
melibatkan jumlah responden yang lebih besar
sehingga mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Pandu wiranegara :30208949
Adik Tri Kustanto : 34209443
Wahyu Stevanus P ( 30209804 )
Analisis Jurnal ilmiah oleh : Nama : Wahyu Stevanus P , Npm : 30209804 Kelas : 3DD01
Minggu, 08 Mei 2011
Kamis, 05 Mei 2011
Strategi Promosi Penjualan : Definisi, Tujuan, dan Jenis Kegiatan Promosi Penjualan
Promosi pada hakekatnya adalah suatu komunikasi pemasaran, artinya aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan, Tjiptono (2001 : 219).
Sementara Sistaningrum (2002 : 98) mengungkapkan arti promosi adalah suatu upaya atau kegiatan perusahaan dalam mempengaruhi ”konsumen aktual” maupun ”konsumen potensial” agar mereka mau melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan, saat ini atau dimasa yang akan datang. Konsumen aktual adalah konsumen yang langsung membeli produk yang ditawarkan pada saat atau sesaat setelah promosi produk tersebut dilancarkan perusahaan. Dan konsumen potensial adalah konsumen yang berminat melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan perusahaan dimasa yang akan datang.
Adapun tujuan dari pada perusahaan melakukan promosi menurut Tjiptono (2001 : 221) adalah menginformasikan (informing), mempengaruhi dan membujuk (persuading) serta mengingatkan (reminding) pelangggan tentang perusahaan dan bauran pemasarannya. Sistaningrum (2002 : 98) menjelaskan tujuan promosi adalah empat hal, yaitu memperkenalkan diri, membujuk, modifikasi dan membentuk tingkah laku serta mengingatkan kembali tentang produk dan perusahaan yang bersangkutan.
Pada prinsipnya antara keduanya adalah sama, yaitu sama-sama menjelaskan bila produk masih baru maka perlu memperkenalkan atau menginformasikan kepada konsumen bahwa saat ini ada produk baru yang tidak kalah dengan produk yang lama. Setelah konsumen mengetahui produk yang baru, diharapkan konsumen akan terpengaruh dan terbujuk sehingga beralih ke produk tersebut. Dan pada akhirnya, perusahaan hanya sekedar mengingatkan bahwa produk tersebut tetap bagus untuk dikonsumsi. Hal ini dilakukan karena banyaknya serangan yang datang dari para pesaing.
Dalam melakukan promosi agar dapat efektif perlu adanya bauran promosi, yaitu kombinasi yang optimal bagi berbagai jenis kegiatan atau pemilihan jenis kegiatan promosi yang paling efektif dalam meningkatkan penjualan. Ada empat jenis kegiatan promosi, antara lain : (Kotler, 2001:98-100)
1. Periklanan (Advertising), yaitu bentuk promosi non personal dengan menggunakan berbagai media yang ditujukan untuk merangsang pembelian.
2. Penjualan Tatap Muka (Personal Selling), yaitu bentuk promosi secara personal dengan presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan calon pembeli yang ditujukan untuk merangsang pembelian.
3. Publisitas (Publisity), yaitu suatu bentuk promosi non personal mengenai, pelayanan atau kesatuan usaha tertentu dengan jalan mengulas informasi/berita tentangnya (pada umumnya bersifat ilmiah).
4. Promosi Penjualan (Sales promotion), yaitu suatu bentuk promosi diluar ketiga bentuk diatas yang ditujukan untuk merangsang pembelian.
5. Pemasaran Langsung (Direct marketing), yaitu suatu bentuk penjualan perorangan secara langsung ditujukan untuk mempengaruhi pembelian konsumen.
Promosi penjualan yang dilakukan oleh penjual dapat dikelompokkan berdasar tujuan yang ingin dicapai. Pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Customer promotion, yaitu promosi yang bertujuan untuk mendorong atau merangsang pelanggan untuk membeli.
2. Trade promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk merangsang atau mendorong pedagang grosir, pengecer, eksportir dan importir untuk memperdagangkan barang / jasa dari sponsor.
3. Sales-force promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk memotivasi armada penjualan.
4. Business promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk memperoleh pelanggan baru, mempertahankan kontrak hubungan dengan pelanggan, memperkenalkan produk baru, menjual lebih banyak kepada pelanggan lama dan mendidik pelanggan.
Namun yang jelas apapun jenis kebutuhan yang akan diprogramkan untuk dipengaruhi, tetap pada perencanaan bagaimana agar perusahaan tetap eksis dan berkembang. Apalagi jika perusahaan tersebut mempunyai lini produk lebih dari satu macam.
Ada 3 gagasan utama dalam perencanaan bisnis yang dikemukakan oleh Kotler-AB. Susanto (2000 : 80) ;
1. Bahwa bisnis perusahaan seharusnya seperti ” Portofolio Investment ”, yaitu
perlu diputuskan bisnis mana yang dapat dikembangkan, dipertahankan, dikurangi atau bahkan mungkin dihentikan. Karena tiap bisnis memiliki keuntungan masing-masing dan sumber daya perusahaan harus dikelola sesuai dengan potensi yang menguntungkan.
2. Berorientasi pada potensi keuntungan di masa depan dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan pasar dan posisi serta kesesuaian perusahaan. Tidak cukup dengan mengandalkan penjualan dan keuntungan yang telah dicapai pada tahun sebelumnya sebagai panduan.
3. Strategi. Perusahaan harus memiliki dan menetapkan rencana kerja untuk mencapai sasaran jangka panjang dengan melihat posisi industri (lihat Identifikasi Pesaing), sasaran, peluang keahlian serta sumber daya perusahaan.
Di samping tiga gagasan utama di atas, perlu pula dilakukan analisa atau pendekatan-pendekatan untuk menanggapi adanya perubahan-perubahan pada kondisi pasar yang bisa berdampak pada faktor biaya, Tjiptono (2000 : 7- 8).
Sehingga dengan melakukan analisa dapat dilakukan antisipasi agar tidak keluar biaya yang tidak terkontrol yang dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan.
tugas kelompok
Nama Kelompok:
- Adik Tri Kustanto ( 34209443 )
- Pandu Wiranegara ( 30208949 )
- Wahyu Stevanus P ( 30209804 )
Kelas 2DD01
Sementara Sistaningrum (2002 : 98) mengungkapkan arti promosi adalah suatu upaya atau kegiatan perusahaan dalam mempengaruhi ”konsumen aktual” maupun ”konsumen potensial” agar mereka mau melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan, saat ini atau dimasa yang akan datang. Konsumen aktual adalah konsumen yang langsung membeli produk yang ditawarkan pada saat atau sesaat setelah promosi produk tersebut dilancarkan perusahaan. Dan konsumen potensial adalah konsumen yang berminat melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan perusahaan dimasa yang akan datang.
Adapun tujuan dari pada perusahaan melakukan promosi menurut Tjiptono (2001 : 221) adalah menginformasikan (informing), mempengaruhi dan membujuk (persuading) serta mengingatkan (reminding) pelangggan tentang perusahaan dan bauran pemasarannya. Sistaningrum (2002 : 98) menjelaskan tujuan promosi adalah empat hal, yaitu memperkenalkan diri, membujuk, modifikasi dan membentuk tingkah laku serta mengingatkan kembali tentang produk dan perusahaan yang bersangkutan.
Pada prinsipnya antara keduanya adalah sama, yaitu sama-sama menjelaskan bila produk masih baru maka perlu memperkenalkan atau menginformasikan kepada konsumen bahwa saat ini ada produk baru yang tidak kalah dengan produk yang lama. Setelah konsumen mengetahui produk yang baru, diharapkan konsumen akan terpengaruh dan terbujuk sehingga beralih ke produk tersebut. Dan pada akhirnya, perusahaan hanya sekedar mengingatkan bahwa produk tersebut tetap bagus untuk dikonsumsi. Hal ini dilakukan karena banyaknya serangan yang datang dari para pesaing.
Dalam melakukan promosi agar dapat efektif perlu adanya bauran promosi, yaitu kombinasi yang optimal bagi berbagai jenis kegiatan atau pemilihan jenis kegiatan promosi yang paling efektif dalam meningkatkan penjualan. Ada empat jenis kegiatan promosi, antara lain : (Kotler, 2001:98-100)
1. Periklanan (Advertising), yaitu bentuk promosi non personal dengan menggunakan berbagai media yang ditujukan untuk merangsang pembelian.
2. Penjualan Tatap Muka (Personal Selling), yaitu bentuk promosi secara personal dengan presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan calon pembeli yang ditujukan untuk merangsang pembelian.
3. Publisitas (Publisity), yaitu suatu bentuk promosi non personal mengenai, pelayanan atau kesatuan usaha tertentu dengan jalan mengulas informasi/berita tentangnya (pada umumnya bersifat ilmiah).
4. Promosi Penjualan (Sales promotion), yaitu suatu bentuk promosi diluar ketiga bentuk diatas yang ditujukan untuk merangsang pembelian.
5. Pemasaran Langsung (Direct marketing), yaitu suatu bentuk penjualan perorangan secara langsung ditujukan untuk mempengaruhi pembelian konsumen.
Promosi penjualan yang dilakukan oleh penjual dapat dikelompokkan berdasar tujuan yang ingin dicapai. Pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Customer promotion, yaitu promosi yang bertujuan untuk mendorong atau merangsang pelanggan untuk membeli.
2. Trade promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk merangsang atau mendorong pedagang grosir, pengecer, eksportir dan importir untuk memperdagangkan barang / jasa dari sponsor.
3. Sales-force promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk memotivasi armada penjualan.
4. Business promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk memperoleh pelanggan baru, mempertahankan kontrak hubungan dengan pelanggan, memperkenalkan produk baru, menjual lebih banyak kepada pelanggan lama dan mendidik pelanggan.
Namun yang jelas apapun jenis kebutuhan yang akan diprogramkan untuk dipengaruhi, tetap pada perencanaan bagaimana agar perusahaan tetap eksis dan berkembang. Apalagi jika perusahaan tersebut mempunyai lini produk lebih dari satu macam.
Ada 3 gagasan utama dalam perencanaan bisnis yang dikemukakan oleh Kotler-AB. Susanto (2000 : 80) ;
1. Bahwa bisnis perusahaan seharusnya seperti ” Portofolio Investment ”, yaitu
perlu diputuskan bisnis mana yang dapat dikembangkan, dipertahankan, dikurangi atau bahkan mungkin dihentikan. Karena tiap bisnis memiliki keuntungan masing-masing dan sumber daya perusahaan harus dikelola sesuai dengan potensi yang menguntungkan.
2. Berorientasi pada potensi keuntungan di masa depan dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan pasar dan posisi serta kesesuaian perusahaan. Tidak cukup dengan mengandalkan penjualan dan keuntungan yang telah dicapai pada tahun sebelumnya sebagai panduan.
3. Strategi. Perusahaan harus memiliki dan menetapkan rencana kerja untuk mencapai sasaran jangka panjang dengan melihat posisi industri (lihat Identifikasi Pesaing), sasaran, peluang keahlian serta sumber daya perusahaan.
Di samping tiga gagasan utama di atas, perlu pula dilakukan analisa atau pendekatan-pendekatan untuk menanggapi adanya perubahan-perubahan pada kondisi pasar yang bisa berdampak pada faktor biaya, Tjiptono (2000 : 7- 8).
Sehingga dengan melakukan analisa dapat dilakukan antisipasi agar tidak keluar biaya yang tidak terkontrol yang dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan.
tugas kelompok
Nama Kelompok:
- Adik Tri Kustanto ( 34209443 )
- Pandu Wiranegara ( 30208949 )
- Wahyu Stevanus P ( 30209804 )
Kelas 2DD01
Langganan:
Postingan (Atom)